Rabu, 15 Desember 2010

Obat Cinta

Obat Cinta
oleh Kiai Budi pada 15 Desember 2010 jam 11:33

Sedulurku tercinta,cinta itu sebenarnya adalah suatu penyakit,tetapi justru ia menyelamatkan penderitanya dari setiap penyakit--menjadi obat,jadi bila seseorang menderita penyakit cinta maka ia tidak akan pernah mengalami penyakit lain.
Rumi sampai menyatakan:aku telah mati tetapi hidup kembali,aku adalah tangis tetapi kini aku tersenyum,Cinta datang dan mengubahku menjadi keagungan kekal.Bila melihat kenyataan ini bebarti cinta adalah kesehatan rohani,bahkan hakekat kesehatan,dimana para penggila kenikmatan akan membelinya,meskipun dengan mengorbankan seluruh kesenangan dan kenyamanan mereka,sekiranya para penguasa mengetahuinya niscaya mereka akan menghunuskan pedangnya demi meraih cinta itu.

Lagi, Rumi lebih lantang bicara:Sungguh cinta tidak butuh alam.Jika terpikat dengan sang Kekasih dan meniadakan yang lainNya dianggap suatu kegilaan,maka aku adalah pemim[in orang-orang yang gila.Semua penderita sakit pasti berharap sembuh,kecuali penyakit cinta yang justru berharap agar penyakitnya semakin "parah".Mereka suka bila kepedihan dan derita mereka semakin bertambah.Dalam cinta,kedengkian mencair sebagaimana garam dalam air.Cinta abadi adalah tongkat sihir,cinta bisa menyihit hati yang membatu dan kering serta karakter-karakter yang membangkang dan culas,lalu menggiringnya ke arah yang dikehendakiNya.Cinta yang murni akan mengubah musuh bebuyutan menjadi sahabat yang setia dan mengubah kebencian dan permusuhan menjadi kasih dan persahabatan.

Cinta mampu membentuk dua kubu yang saling bertarung dan berperang menjadi satu kesatuan dan satu hati,jika ada anggota tubuh yang merasa sakit maka semuanya juga merasa sakit.Bila kita cermati keadaan yang sedemikian dilematis pada berbagai sudut,maka satu hal yang dilupakan adalah berkurangnya cinta yang tidak ditebar di antara manusia.Cinta di hati ini adalah amanat langit yang bisa mensucikan segala yang kotor,tanah liat itu juga mengandung air tetapi tidak bisa dipakai membasuh ke dua tanganmu.Jangan dikira bahwa sesuatu yang berdebar di dada kita adalah hati.Sungguh hati lebih tinggi daripada langit yang tinggi,seperti hati para Nabi dan orang-orang pilihan.Persamaan antara hati yang mati dan hidup hanya dalam kata [penamaan] dan kemiripan fisikal,keduanya dinamakan hati.Seperti penamaan air yang mengalir pada mata air yang jernih dengan air yang mengalir di sungai,keduanya dinamakan air.Begitu juga air yang bercampur tanah dan lumpur serta air yang ada di rawa-rawa,semuanya dinamakan air.

Namun air yang pertama dapat memuaskan dahaga dan mensucikan pakaian,sedangkan yang kedua tidak dapat digunakan bahkan untuk cuci tangan atau menghilangkan kotoran dari pakaian.Dari sinilah Rumi menyatakan:Kalian jangan tertipu oleh kata "hati"[jantung],hati bukan organ yang berdebar di dadamu tempat berkumpulnya syahwat dan ambisi.Bukanlah hati,sesuatu yang tidak merasakan cinta dan tidak mengenal makna "yakin" serta tidak memiliki kerinduan.......Kawan-kawan,rasakanlah itu,kalau sudah merasakan maka apa pun peraturan dariNya kita taati lalu akan membawa hati dari alam yang sempit ke alam yang lebih luas,dari cinta ke makhluk menjadi cinta kepada Khaliq,dari sini Cinta akan menjadi obat semua penyakit itu.....Reguklah Cinta,wahai kamu: diriku

Created in Light but Living in Darkness

Dastuur ya Rijaal-Allah, Dastuur ya Sayyidii madad
Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha ill-Allah. Allahu akbar, Allahu akbar wa lillah al-hamd.

Engkau adalah Pencipta kami, Engkau adalah Penguasa kami. Kami memohon pertolongan dan dukungan Surgawi-Mu . Wahai Penguasa kami, karuniakanlah kami, demi kehormatan dia yang paling Engkau hormati, yang paling terhormat dan paling agung dan paling anggun, Sayyidina Muhammad Sallallahu Alayhi Wasallam, kami memohon dukungan surgawi untuk menghancurkan setiap kepalsuan, setiap hal buruk, dari dunia dan membuangnya dan untuk mendatangkan apa yang baik, apa yang terbaik untuk umat manusia. Sebagaimana seharusnya mereka nantinya berada di hadirat Tuhan mereka pada Hari Kebangkitan Kembali.

Wahai manusia, as-salaam `alaykum wa rahmatullahi barakatuh. Dengar dan ucapkan bersama saya: alfu ’sh-shalaat alfu ’s-salaam `ala sayyid al-awwaliin wa ’l-akhiriin Sayyidina Muhammad Sallallahu Alayhi Wasallam dan kami memohon syafaatmu di dalam bulan yang suci ini dan mohon berkah, keagungan dan kehormatan bulan suci ini.

Wahai manusia! Dengar dan perhatikan dan patuhi Tuhan mu, Pencipta kita. Allah, Allah, Allahu Akbar wa lillahi ’l-hamd.

Wahai manusia! Ucapkan: a`udzu billahi min asy-syaythani 'r-rajiim. Katakan kita bertobat dari langkah buruk, kita bertobat dari perbuatan/amal buruk. Kita menyesali amal dan kegiatan buruk kita. Dan ucapkan: a`udzu billahi min asy-syaythani 'r-rajiim – Wahai Tuhan kami, kami berlari kepada-Mu dari Setan dan para pembantunya. Dan kami memohon pedang surgawi Bismillahi 'r-Rahmaani 'r-Rahiim untuk membuat pertahanan terhadap Setan dan para pembantunya. Semoga Allah menyingkirkan mereka.

Kita, wahai manusia, mengatakan dastuur ya RijaalAllah. Madad Ya Sultan al-Awliya. Kita memohon Penguasa dunia ini, untuk menolong kita, dan memberi kita dukungan surgawi karena kita lemah dan kita memerlukan dukungan surgawi dan dukungan surgawi tidak akan datang, kecuali melalui Penguasa dunia ini.

Kita harus belajar, kita harus berusaha untuk memberikan yang terbaik dari kita untuk Hadirat Ilahiah. Setiap harinya, setiap hari kita harus berusaha untuk sedikit lebih baik dari pada kemarin. Hari ini kita harus sedikit lebih jauh, menuju ke mana? Menuju samudra cahaya. Lautan cahaya, lautan cahaya surgawi. Kita harus berusaha mendekati sedikit lebih ke alam cahaya, maqam cahaya surgawi, untuk menjadi cahaya. Nikmatilah! Itu sangat penting.

Kita di sini hidup dalam kegelapan, kegelapan dari hidup ini. Kita hidup melalui kegelapan dan kekotoran dunia ini. Kegelapan. Kita diciptakan melalui Cahaya Surgawi yang tak berakhir. Kita diciptakan melalui alam penuh cahaya, melalui wilayah bercahaya dari Tuhan Sang Pencipta, Tuhan bagi seluruh ciptaan.

Berhati-hatilah melalui wilayah bercahaya dari Allah Subhanahu wa Ta`ala ini dan untuk beberapa alasan yang terkenal dan itu adalah untuk sebuah tabayyun yang jujur, yang terkenal melalui kitab-kitab suci, alasannya kita telah diusir dari alam penuh cahaya itu ke dunia gelap dan kini kita di sini berada di dalam kegelapan.

Ya. Kalian melihat, memandang matahari bersinar gemilang dan rembulan juga bercahaya, namun dalam hakikatnya kita berada di dalam dunia yang gelap. Kita sekarang, telah diusir dari wilayah bercahaya dan turun ke dunia yang gelap ini, dunia liar, dunia yang tak diketahui, dan kita telah mendarat di sana. Dan kita harus berusaha untuk keluar dari dunia gelap ini, dari wilayah kegelapan ini, untuk kembali ke wilayah bercahaya, wilayah Surgawi. Dan wilayah-Nya ini tidak pernah berakhir.

Dan kegiatan paling penting atau upaya atau amalan paling penting, upaya kita hendaknya berusaha untuk keluar dari wilayah gelap menuju kepada wilayah bercahaya.

Kita telah mendarat di sini untuk beberapa alasan dan alasan yang membuat leluhur kita Nabi Adam Alayhissalam dan Hawa, untuk turun dari alam yang penuh cahaya ke dunia kegelapan ini, apakah itu? Itu harusnya sangat dikenal. Itu sangatlah penting. Temukan, itulah yang pertama harus kita pelajari. Sebelum belajar begitu banyak hal yang tidak berguna, kita harus belajar mengapa kita telah dikirim atau mengapa kita telah diusir dari surga yang bercahaya. Apakah alasan itu?

Jika kalian tidak tahu alasannya kalian tidak dapat menyelamatkan diri kalian sebagaimana seorang dokter jika dia tidak tahu alasan penyakitnya, dia tidak dapat melakukan penanganan (tadawi), apapun. Tidak dapat ditangani, tidak. Karena dia tidak tahu alasannya. Jika setiap orang tahu tentang ini, tidaklah diperlukan begitu banyak dokter untuk melakukan penanganan– Setiap orang dapat melakukan penyembuhan sendiri. Namun tidak semua orang mengerti. Beberapa orang mengerti dan beberapa orang dikaruniai (kemampuan) menyembuhkan penyakit umat manusia.

Dan kini kita juga, makhluk hidup, hidup di antara begitu banyak makhluk. Perhatikan wahai manusia! Kita pernah di Surga. Kita diciptakan di sana. Dan itu adalah kampung halaman kita. Segala sesuatunya indah; segala sesuatu memberikan berkahnya kepada Adam Alayhissalam dan Hawa. Tak satu pun, melukai mereka. Segala sesuatu memberikan kenikmatan kepada Nabi Adam Alayhissalam dan Hawa. Jadi apakah sebabnya mereka diusir turun dari Surga ke sebuah dunia liar yang penuh dengan begitu banyak makhluk, yang setiap mereka, begitu marah kepada Hawa, kepada Nabi Adam Alayhissalam. Mereka sangat tidak bahagia dari perlakuan para makhluk itu. Dan tak satu pun memberi salam kepada Nabi Adam Alayhissalam dan Hawa di sini, tidak.

Di Surga segala sesuatu memberi salam kepada Nabi Adam Alayhissalam dan Hawa dan memberikan kenikmatan kepada keduanya. Segala macam kenikmatan, makan, minum, pemandangan. Namun mereka berdua hanya mendarat di planet gelap ini. Mereka diusir dari Surga yang terang dan jatuh ke dunia ini, planet dan itu adalah muwajaha pertama, mula mula mereka datang ke di hadapan mereka hanya sebuah kegelapan. Mereka mendarat pada sebuah dunia yang tidak diketahui dan dunia itu dalam kegelapan. Gelapnya kegelapan.

Dan tangisan Nabi Adam Alayhissalam dan Hawa, mereka menangis karena mereka diusir dari Surga yang terang. Dan kemudian Penguasa Surga memberi mereka sebuah cahaya, nur dan matahari terbit dan mereka ambruk bersujud kepada Penguasa Surga sambil berkata “Wahai Tuhan kami! Ini adalah karunia-Mu kepada hamba-Mu yang membangkang. Kami telah membangkang, wahai Tuhan kami. Namun Engkau mengaruniai kami sebuah cahaya, meskipun itu tidak seperti cahaya yang di Surga. Namun kami begitu bahagia karena adanya cahaya ini, bahwa matahari terbit dan memberi kami cahaya, wahai Tuhan kami.” Mereka bersujud, menyembah Penguasa Surga.

Namun, wahai manusia! Mereka memahami alasan yang menyebabkan mereka diusir dari Surga yang terang – dilempar keluar, dan mereka menangis. Kemudian, wahai manusia. Sebagai gantinya Surga di mana mereka semua begitu mencintai Adam Alayhissalam dan Hawa, begitu bersahabat, begitu baik, begitu hormat, semuanya di mana-mana, namun ketika sampai di sini mereka mendapati dunia yang liar, dalam kegelapan, penuh dengan makhluk.

Namun semua makhluk itu begitu marah kepada mereka. Bukannya memberi salam, tetapi begitu marah dan mengutuk. Mengutuk. Mereka berkata, “Seorang pembangkang datang, mendarat di antara kita dan mereka akan membuat keonaran kepada kita, karena mereka telah diusir dan dikutuk” dan mereka gemetar (ketakutan). Tak satu pun yang menyambut Adam Alayhissalam dan Hawa, yang mengatakan” as salamun alaykum!”, tidak. Bahkan semut berkata (kepada sesamanya), “Larilah.” Pohon berkata, “Larilah. Ada pembangkang - larilah!” Dan semua binatang liar melarikan diri dari mereka berdua, bukannya mendekat untuk memberi salam namun menjauh dan berkata bahwa “kutukan yang jatuh kepeda mereka mungkin akan menyentuh kita. Tinggalkan mereka.” Dan mereka melarikan diri.

Dan pepohonan dan buah buahan memberikan buah tetapi tanpa rasa. Tidak ada rasa dari buah dan mereka mencapai daratan, dunia. Datang ke dunia mereka begitu menyesal, begitu sedih. Dan Adam Alayhissalam, dia menangis, tidak makan, tidak minum, hanya menangis di atas puncak Gunung Serendip, dia berdiri di atas satu kaki dan menangis dan menangis.

Dia tidak makan tidak minum apa pun selama 30 hari. Itu adalah puasanya. Puasa dan menangis sampai Tuhan mereka menerima tobat mereka dan memberikan Rahmat-Nya dan berkata, “Wahai Adam! Aku menerima tobatmu, tobat, tobat. Dan dia mulai membuat dunia ini untuk tempat tinggal dirinya dan anak-anaknya. Atau kita akan menjadikan diri kita generasi Surgawi. Jika tidak maka Adam Alayhissalam dan Hawa akan menjadi berada di Surga tanpa keluar dari sana.

Maka, wahai manusia perhatikanlah! Pertama kita harus tahu apakah alasan kita berada di planet ini. Apakah alasannya Adam Alayhissalam dan Hawa mendarat di dunia ini? Itu adalah masalah terpenting dalam seluruh Kitab Suci untuk diketahui dan diajarkan. Itu adalah pelajaran pertama untuk Adam Alayhissalam dan Hawa dan para keturunan mereka.

Apa yang kalian pikirkan sekarang di masa kita ini? Siapa yang telah bertanya mengapa Adam Alayhissalam dan Hawa mendarat di sini? Dan mereka juga tidak bertanya, tentang apakah kutukan yang datang kepada manusia di abad ke-21? Manusia saling memangsa (saling menyakiti). Apakah alasannya?

SubhanAllah itu tertulis dalam semua kitab lama, sebuah kisah yang memberi pelajaran, bukan dongeng, tetapi sebuah kisah yang memberi pelajaran.

Suatu waktu seorang dari antara para alim, dia berada di dalam sebuah perahu, sebuah kapal, bepergian dan dia memperhatikan dan melihat laut itu dan melihat bahwa ikan-ikan saling memakan dan melihat sedang terjadi sebuah perang besar (muharaba), dan dia berkata, “Wahai Tuhan kami, Engkau mengetahui segala sesuatu. Aku begitu heran (aja’ib). Aja’ib. Aku merenung apa kiranya alasan (perang ini)?” Dan datanglah suara dari langit yang berbunyi “Wahai hamba-Ku. Barusan telah lewat di situ seorang hamba yang membangkang dan ia meludah ke laut. Ludahnya itulah yang membuat ikan-ikan itu saling berkelahi.”

Kalau ludah seorang hamba yang membangkang yang bisa membuat onar seperti itu, bagaimana dengan kita sendiri. Itu merupakan kisah yang baik sekali untuk mengajari manusia alasan adanya krisis, alasan adanya kerusuhan, alasan adanya perkelahian, alasan untuk membuat begitu banyak bom nuklir. Segala sesuatu, yang membuat manusia begitu saling bermusuhan. Itulah alasannya.

Nah wahai manusia! Jika hamba yang membangkang itu membuat kerusuhan di antara ikan di lautan, apa yang dapat kita katakan sekarang?

Setiap diri kita adalah pembangkang dan tidak lagi menghormati Perintah Suci dari Penguasa Langit. Kita tidak memberikan hormat yang tinggi dan pengabdian tinggi kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala. Itulah alasan dari seluruh kesukaran. Wahai manusia! Pikirkanlah hal itu dan jika tidak, maka akan datang kutukan lainnya yang akan membuat tidak akan ada lagi manusia atau hewan atau tetumbuhan yang hidup di bumi ini.

Saya hanyalah seorang yang lemah yang (hanya bisa) memberi peringatan. Peringatan? Saya seorang yang lemah. Saya berkata kepada orang-orang, “Peliharalah dirimu!” Itu adalah peringatan.

Itu artinya alasan mengapa Adam Alayhissalam dan Hawa telah diusir dari Surga dan dilemparkan keluar hingga mendarat di dunia ini. Dunia ini yang tidak ada nilainya di Hadirat Ilahiah. Dan manusia saling memangsa dan saling bunuh dan melakukan begitu banyak hal buruk.

Itulah alasannya. Dan apa pun pemahaman kalian dari (pelajaran) ini adalah sumber dari kerusuhan dan krisis, kita harus bertanya “Apa yang ditulis di dalam Perjanjian Lama?” “Apa yang tertulis di dalam Perjanjian Baru?” “Dan apa yang tertulis di dalam Alquran Suci?” Apa yang dikatakannya? Dan tak seorang pun mencari tahu apa yang dikatakan (dalam kitab-kitab itu) dan yang menyebabkan situasi seperti ini dan untuk mencari tahu suatu cara menyelamatkan diri kita.

Kalian tidak akan menemukan satu cara untuk menyelamatkan diri kalian sampai kalian mencari di kitab-kitab suci. Kalian harus mengerti di mana Adam Alayhissalam dan Hawa berada di Surganya. Mereka begitu dimuliakan dan segala sesuatu memberikan mereka kenikmatan. Namun apa alasannya mereka diusir? Alasannya adalah karena mereka membangkang, menolak perintah suci, Perintah Suci Allah, Dia berkata, “Jangan makan!” Dan mereka tidak membungkuk kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala sambil mengatakan “Apa pun yang Engkau perintahkan (kami lakukan) ya Allah, Tuhan kami!” Mereka tidak mengatakan ini dan akhirnya mereka berlari mendekati dan makan buah terlarang dan segala sesuatu langsung berubah dan segala macam kesukaran mendatangi Adam Alayhissalam dan Hawa dan anak cucu mereka. Dan hingga sekarang kutukan itu tetap berlangsung, karena manusia tidak bertanya alasan (pengusiran itu). Alasannya adalah dalam pembangkangan kepada Penguasa Surga. Selama kalian dalam pembangkangan, kutukan itu tetap mendatangi, di sini dan di hari akhir nanti.

Pikirkanlah hal itu, wahai patriarkat (pendeta Yahudi), wahai orang-orang gereja, wahai orang-orang sinagoga (tempat ibadah Yahudi), wahai orang-orang masjid, wahai orang yang terpelajar, wahai para pemimpin agama!

Saya tidak suka para pemimpin agama, bila mereka tidak memahami kesukaran yang dialami umat manusia. Saya seorang hamba Allah yang lemah yang sederhana dan kini membuat saya untuk menyampaikan kepada seluruh dunia dalam bulan ini, dari Timur ke Barat dan untuk merubah jalan kita untuk datang pada jalan yang benar. Dan kalian tidak dapat berada di jalan yang benar jika kamu tidak mengikuti mereka yang benar. Bertanyalah kepada mereka yang benar, jangan bertanya kepada orang yang memberikan julukan (nama besar) yang kosong kepada diri mereka sendiri. Itu tidak penting. Carilah dan perhatikanlah seorang yang sungguh beriman dan seorang hamba yang patuh kepada Tuhannya dan mengikuti-Nya. Jika tidak, seluruh dunia ini akan berakhir karena Hari Pengadilan telah berada di ambang pintu. Wahai Tuhan kami! Kirimkanlah seseorang yang mampu merubah jalan kami dari jalan buruk ke jalan yang menuju kepada-Mu!

Wahai Tuhan kami. Tawbat, tawbat, tawbat istaghfirullah. Tidak ada yang akan menyelamatkan kalian, apakah kalian Kristen, Ortodoks, Muslim, Syiah, Wahabi atau apa pun. Kalian tidak dapat berubah. Kalian tidak dapat menyelamatkan diri kalian sendiri jika kalian tidak merubah jalan kalian. Wahai manusia! Janganlah saling membunuh namun berusahalah mengusir setan dalam diri kalian! Semoga Allah mengampuni saya.

Tawbat ya Rabbii, tawbat. Fatiha.