Selasa, 01 November 2011

Keguguran kandungan – Kehilangan seorang anak

Tanya: Jika seorang perempuan mengalami keguguran kandungan, yang bisa saja disebabkan oleh stres, kesalahan yang telah dilakukannya di masa lalu, jika telah menyebabkan seseorang tidak rida padanya, atau jika dia pergi ke pantai walau sesungguhnya dia tidak menghendakinya (saya pernah diberi tahu kalau jin, khususnya yang berdiam di pantai, bisa mencelakakan seorang perempuan hamil, tapi saya tidak tahu apakah hal ini sungguh benar atau tidak),
atau hal itu bisa saja terjadi karena telur perempuan dan sperma laki-laki tidaklah cukup kokoh (dalam menyatu, penerj.)?

Karena saya heran mengapa Tuhan mengaruniai seorang bayi tapi kemudian mengambilnya kembali sebelum prosesnya berjalan sempurna? Saya sungguh ingin mengetahui apa-apa saja yang telah dibahas tentang hal ini karena dengan demikian akan cukup menenteramkan pikiran saya. Terima kasih.

Jawab: Wa `alaykum as-Salam wa rahmatullah, Ilmu kedokteran mungkin saja memberikan penjelasan ini atau itu tetapi kita percaya bahwa celaka yang disebabkan oleh jin dan mata setan adalah sesuatu yang nyata tapi bisa tidak membahayakan kita kalau kita taat dan berzikir baik secara umum maupun yang khusus; tapi alasan yang paling mendasar adalah Qadar.

Allah (swt) menciptakan kita dan menetapkan umur kita. Dia menguji kita dengan kesenangan dan penderitaan {dan sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan} (QS 94: 5-6), menebus dosa-dosa kita dan meninggikan derajat kita di Hadirat-Nya. {Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan; dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadanya-Nyalah kami kembali”. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.} (QS 2: 155-157).

Kehilangan adalah tentang KESABARAN seorang hamba dan CINTA Sang Pencipta. Allah (swt) mencintai seseorang karena luasnya kesabaran-Nya sebagaimana Dia berfirman: {Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar} (QS 3:146) dan Dia bersama mereka, menolong mereka: {Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar} (QS 2: 153, 2:249, 8:46, 8:66). Nabi (s) bersabda, “Seseorang bisa saja belum mencapai derajat (maqam) yang tinggi sebagaimana yang Allah kehendaki karena kurangnya amal saleh mereka, sehingga Allah tak henti menguji mereka dengan hal-hal yang tidak mereka sukai, sampai Dia menjadikan mereka mencapainya (mencapai derajat/maqam yang tinggi itu, penerj.)” Shahih Ibn Hibban, Musnad Abu Ya`la.

Dan beliau (s) juga berkata kepada perempuan yang sedang sangat berduka,”SABAR itu hanyalah pada awal peristiwa saja”. Waktu membawa pelipur lara tapi kejutan pertama (yaitu saat pertama kali kita menghadapi kejadian yang memerlukan kesabaran kita, penerj.) adalah ujian yang sesungguhnya karena secara alaminya hal itu mendorong kita ke arah pembangkangan atas perintah Ilahi. Orang Beriman mempunyai perlindungan atas gerak hati yang wajar seperti sebagaimana Allah (swt) telah berfirman, {Tidak ada musibah menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada kalbunya} (QS 64:11).

Para Awliya Allah adalah mereka yang, ketika yang lainnya jatuh tersungkur, mereka tetap tegar dan berpikiran jernih dalam penyerahan diri mereka: {dan siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka tak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati} (QS 2:38), {Sesungguhnya Awliya Allah adalah mereka yang tak ada ketakutan atas mereka, tidak pula mereka bersedih hati} (QS 10:62). Dalam al-Bukhari, al-Nasa’i dan Ahmad, Nabi (s) bersabda, “Allah Yang Maha Mulia dan Maha Kuasa berfirman, ‘Tidak ada ganjaran lain bagi hamba-Ku, ketika Aku mengambil yang dicintainya dari kalangan orang-orang yang ada di muka bumi ini dan dia mengharapkan balasan, kecuali Surga”.

Disebutkan dalam al-Tirmidzi, Ahmad, dan lainnya: “Barangsiapa dari kalangan umatku yang mempunyai dua orang anak yang meninggal dunia mendahuluinya (farataan), Allah memasukkannya ke Surga”. Aisyah (r) bertanya, “Bagaimana kalau yang meninggal dunia satu anak saja?” Nabi (s) menjawab, “Dan juga yang mempunyai satu anak yang meninggal dunia, kau wanita yang diberkati!” Aisyah (r) menjawab lagi, “Dan (bagaimana dengan yang) tidak mempunyai anak yang meninggal dunia (farataan)?” Beliau (s) menjawab, “Aku adalah farataan bagi umatku. Mereka tidaklah lebih menderita dibandingkan dengan deritaku.”

Lihatlah bagaimana beliau (s) menginginkan agar semua orang mendapat manfaat terbesar {Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam} (QS 21:107). Dalam Ahmad, al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, Nabi (s) bersabda, “Siapa saja yang memiliki tiga anak yang belum mencapai akil balig dan ketiganya meninggal dunia mendahului orang tuanya, maka anak-anaknya tersebut akan menjadi benteng yang kuat bagi orang tuanya dari api neraka [di akhirat kelak]”. Abu Dzar berkata, “Aku telah kehilangan kedua anakku”. Nabi (s) mengatakan, “Demikian juga untuk dua orang anak”. Ubay bin Ka’ab (r) berkata, “Aku telah kehilangan satu anakku”. Nabi (s) mengatakan, “Demikian juga untuk satu anak; asalkan bisa bersabar pada saat mengalami peristiwa ini”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud (r).Dalam Musnad dari ‘Abd bin Humaidi diriwatkan dari Mu’adz (r), Nabi (s) bersabda, “Tidaklah sepasang Muslim kehilangan tiga orang anaknya kecuali Allah akan menjadikan kedua orang tuanya ini mamasuki surga dengan karunia rahmat-Nya atas mereka”. Mereka (para sahabat, penerj.) menanyakan, ”Bagaimana dengan dua anak, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Juga untuk dua orang anak”. Mereka bertanya lagi, “Dan bagaimana dengan satu orang anak?” Beliau menjawab, “(Walau) anak yang meninggal dunia karena keguguran kandungan pasti akan menarik ibunya (dan ayahnya, lihat di bawah ini) dengan tali pusarnya ke Surga!” Nabi (s) bersabda, “Anak yang meninggal dunia karena keguguran kandungan akan mengganggu Tuhannya Yang Maha Mulia lagi Maha Kuasa ketika Dia akan memasukkan kedua orangtuanya ke dalam Neraka sampai dikatakan,”Wahai anak yang meninggal dunia dalam keguguran kandungan dan yang mengganggu Tuhannya! Bawa masuk ayahmu dan ibumu ke dalam Surga”.

Lalu mereka akan menarik orangtuanya dengan menggunakan tali pusarnya sampai kedua orangtuanya masuk ke dalam Surga”. Ibnu Majah dan Abu Ya’la meriwayatkan dari ‘Ali (kw).Dan lagi, “Demi yang jiwaku ada di Tangan-Nya, sungguh seorang anak yang meninggal karena keguguran kandungan pasti akan menyeret ibunya dengan tali pusarnya ke Surga, asalkan dia mengharapkan balasan [atas KESABARANNYA]”. Ibnu Majah dan Ahmad diriwayatkan dari Mu’adz (r). Dan beliau (s) bersabda, “Anak-anak kecil kalian adalah layaknya jentik-jentik (da’amiis) Surga. Mereka akan menemui orang tua mereka dan memegang erat pakaian atau tangan orang tua mereka hingga pada akhirnya Allah memasukkan mereka ke Surga”, Shahih Muslim. Pernahkah kalian menyaksikan rahmat dan ganjaran kebaikan yang seperti ini? Sebagaimana guru kami Dr. Samir al-Nass menunjukkan dalam buku terbarunya, al-Tawassul, ini adalah sejenis wasilah atau “cara penyelamatan” yang langsung terjadi tanpa didahului adanya permohonan walau sedikitpun, perbuatan/amal saleh, atau bahkan pahala dari yang mendapatkannya (yang mendapatkan keselamatan dari api neraka dengan cara ini, penerj.).

Hal ini ditegaskan dalam Qur’an dan Sunnah, wal-Hamdu liLlah. Sampai-sampai Nabi (s) bersabda, “Aku bersumpah bahwa anakku yang meninggal dunia mendahuluiku karena keguguran dalam kandungan adalah lebih kusukai daripada membesarkan (anak itu sehingga menjadi seorang, penerj.) ksatria perkasa yang menyelamatkanku”. Diriwayatkan Ibnu Majah dari Abu Hurayrah.
Ketabahan dalam iman dan pasrah berserah diri dalam rida – penerimaan mutlak (atas Kehendak dan Ketentuan Allah (swt), penerj.) – atas kehilangan seorang anak mensyaratkan kekuatan karakter yang luar biasa karena sesungguhnya SABAR membawa ganjaran pahala yang sangat besar dan kesulitan yang ditimbulkannya memberikan ganjaran pahala yang lebih banyak lagi”. “Dan barangsiapa yang yatasabbaru (= yaitu yang bersusah payah mencoba bertahan dalam kesabaran), Allah akan mengaruniai mereka SABAR, dan tidak ada karunia yang lebih besar daripada SABAR.

Dinyatakan dalam lima buku. Karena begitu indahnya (hal ini, yaitu tentang SABAR, penerj.) maka Ayat yang luar biasa ini menyatakan {Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan disempurnakan pahalanya tanpa batas} (QS 39:10)Karenanya Ummul Darda’ mengatakan: “Mereka yang menerima dengan senang hati segala ketentuan Ilahiah akan mendapat derajat di Surga yang bahkan para Syuhada pun menginginkannya di Hari Kiamat”. Ini, tak diragukan lagi pasti didengarnya dari mulut yang penuh berkah (maksudnya dari Nabi (s), penerj.). Nafi’ mengatakan ketika anak dari Ibnu ‘Umar sedang menderita sakit, Ibnu ‘Umar sangatlah terpengaruh emosinya sehingga orang-orang takut beliau menjadi tidak waras jika terjadi sesuatu pada anaknya.

Lalu sang anak meninggal dunia dan Ibnu ‘Umar tersenyum ketika berjalan pulang dari pemakaman anaknya. Ketika ditanya mengapa, beliau menjawab, “[Kematian] ini bukanlah suatu rahmat baginya dan ketika hal itu ditentukan oleh Allah (swt) maka aku rida dengan hal itu”.‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata kepada anak laki-lakinya yang sedang sekarat, ”{Harta dan anak-anak adalah perhiasan dunia} (QS 18:46) dan engkau anakku adalah perhiasaan terbaik! {Tetapi} hari ini harapanku adalah engkau berada di antara {amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan} (QS 18:46)!” Hanya sekali saja Fudayl bin ‘Iyad pernah terlihat tersenyum, yaitu setelah kematian anaknya dan jawabannya kepada orang-orang di sekitarnya adalah, “Allah menyukai sesuatu dan aku menyukai yang Allah sukai”.

Apa yang dikehendaki Allah bukanlah hanya menaikkan derajat tapi juga untuk menghapus dosa-dosa. Nabi (s) bersabda, “Tidaklah seorang mukmin diuji dengan kelelahan, tidak juga dengan penyakit, tidak juga dengan kecemasan, tidak juga dengan kesusahan, tidak juga dengan kerugian, tidak juga dengan penderitaan/kedukaan – bahkan tidak juga dengan sebilah duri yang menusuk mereka kecuali Allah (swt) menghapus beberapa dosa dengannya!” Al-Bukhari dan Muslim. Di lain kesempatan beliau (s) mengguncang-guncang sebuah pohon sampai dedaunannya jatuh berserakan di sekitarnya dan berkata, “Kesulitan-kesulitan dan penderitaan lebih cepat dalam menghapuskan dosa-dosa umat manusia daripada apa yang aku lakukan atas (membuat dedaunan jatuh dari) pohon ini”.


Musnad Abi Ya’la dan Abi al-Dunya. Sumber dari semua keterangan di atas: Ibnu Nasir al-Din al-Dimashqi, _Bardu al-Akbad ‘an Faqd al-Awlad_ (“Pelipur lara bagi yang Hidup atas Kematian Anak-anaknya”), ed. `Abd al-Jalil al-`Ata (Damascus: Dar al-Nu`man, 1992). Semoga Allah mengampuni dan menyelamatkan kita, semoga Dia menjauhkan penderitaan dari kita dengan tanpa mengurangi sedikitpun pahala kita – Dia Maha Mengetahui betapa lemahnya kita ketika kita diciptakan-Nya – dan semoga Dia memasukkan kita dengan selamat ke Surga dan tanpa dicederai oleh godaan dan cobaan.

Haji Gibril GF Haddad Qasyoun/at/ziplip.com [14 May 2003] http://www.livingislam.org/fiqhi/fiqha_e88.html