Senin, 13 Februari 2012

Mema’afkan Orang Lain


Mawlana Syaikh Nazim Adil al Haqqani an Naqshbandi
Ditranslasi dari Liberating The Soul, Vol.1


“Suatu pagi Syaikh Nazim berbicara mengenai Perilaku bebas dari anggota Group Musik Rock yang berlatih di sebelah Masjid di London dimana Syaikh Nazim biasa memberikan kuliah-kuliahnya.”

Mereka adalah orang yang sangat bahagia. Kita juga bahagia, Alhamdulillah, mereka tidak meminta untuk menjadi seperti kita disini dan kitapun tidak ingin seperti mereka. Setiap orang bahagia. Setiap anggota didalam kelompok harus berbahagia, jika tidak maka mereka akan mencari kelompok lain. Hal ini penting!. Allah Maha Besar berkata,”Kullu hizbin bima ladayhim farihun”. Setiap kelompok berbahagia dengan temuan mereka. Setiap kelompok duduk dalam suatu pesta, dan mereka mendapat kenikmatan. Jika mereka tidak mendapat kenikmatan dikelompok itu mereka akan pergi dari situ dan mencari kenikmatan lain yang berada dikelompok lain.

Saya hendak berkata bahwa setiap orang akan masuk dalam suatu kelompok melalui pemikirannya, tindakannya, perilakunya, atributnya, atau kepercayaannya. Bahkan dalam hal beragama Islam saja terdapat banyak kelompok. Di London sejumlah muslim beribadah ke Masjid Central, yang lain ke Masjid Peckham dan yang lain lagi Masjid West Indian. Demikian pula bangsa Turki yang terpecah menjadi tiga atau empat golongan dimana mereka mendapat kenikmatan melalui kelompoknya masing-masing karena jika tidak, mereka tentu akan pergi ketempat lain yang sesuai dengan hatinya.

Begitulah aturan didunia ini Alah swt telah meletakkan aturan dan Dia berkata,” Semua orang mendapat kebahagiaan dengan kelompok yang ia temui”, seperti ibaratnya meja yang diletakkan untuk orang tertentu. Seseorang akan berkata,” Ya ini adalah kelompok yang terbaik buatku dan ia duduk disitu sedang yang lain hanya datang dan melihat. Ada yang duduk lama kemudian pergi. Artinya ia tidak sepaham dengan assosiasi itu dan ia pergi mencari yang lain. Ada juga tetangga kita yang bisa menerima dan mereka memiliki banyak kelompok dan mereka senang, kitapun demikian berkumpul dengan kelompok kita dan berbahagia Alhamdulillah. Allah juga mengumpulkan beberapa orang untuk melakukan kejahatan, semenatara yang lain Dia kumpulkan untuk melakukan kebaikan . Mereka membawa bebannya sendiri-sendiri. Jika mereka tidak melakukan hal itu maka yang lain akan mengambil alih.

Seperti juga muazdin yang bertugas mengumandangkan adzan, jika ia meninggal maka mustahil kita akan merasa bebas . Karena adzan itu biasa ada yang mengumandangkan nya, jika ia tidak ada maka kita bisa ditunjuk menjadi penggantinya. Kita berterima kasih pada Allah karena ada yang bertugas Adzan sehingga kita tidakmendapat tugas tersebut. Kita berkata mereka tentulah lelah untuk selalu bertugas Adzan setiap hari,Ya Allah, maafkanlah mereka dan ambil alilhlah beban mereka.

Para pelaku kejahatan tidak mendoakan kita, tetapi seorang pendoa harus mendoakan mereka. Kalian mengerti. Mereka para penjahat bahkan tidak berdoa untuk diri mereka atau yang lain, tetapi pendoa atau orang yang yakin, ia harus lebih ikhlas daripada mereka yang terbebani atau mewakili kejahatan atau bahkan bekerja dalam kejahatan, sehingga kita berterimakasih pada Allah kita dibebaskan dari kejahatan itu. Mereka tidak pernah terpikir untuk mendoakan diri mereka sendiri atau orang lain, sedangkan kita harus mendoakan orang-orang itu, karena mereka berada dalam beban yang berat. Hal ini adalah tingkat tertinggi dari suatu agama, yaitu tingkatan para nabi khususunya tingkatan dari Nabi penutup. Nabi Muhammad saw memohonkan maaf dan memohonkan doa bagi orang-orang tersebut, karena nabi kita memiliki pengetahuan tentang Kebijaksanaan Allah. Jika Nabi Muhammad saw tidak mengetahui Hikmah Allah maka ia tidak akan menjadi Nabi terakhir.

Nabi Muhammad saw melebihi nabi yang lain, dan ia tahu akan kebijakan Allah mengenai anak Adam, terutama mengenai orang yang beriman dan tidak beriman., Ia juga tahu tentang setan, nafsu dan dunia dan juga tentang hari akhir, surga dan neraka dan kehidupan abadi. Karena itu ia selalu memohonkan ampunan untuk umatnya. Dan semua orang yang hidup di jaman dahulu hinggga sekarang berasal dari umatnya karena jika nanti Yesus Isa as kembali, ia tidak lagi sebagai nabi dan ia sendiri akan menjadi umat Muhammad saw, sehingga Nabi saw memohonkan ampun untuk setiap orang yang berada dalam kehadirat Illahi. Allah telah menjanjikan bahwa pada hari akhir, Aku akan berakata padamu Muhammad, apa yang kau sukai, semaumu apa saja maka akan aku berikan apa yang kau minta, Aku juga akan mengampunkan siapa saja sesuai permintaanmu. Aku akan memberi untukmu. Tiada seoarng manusiapun yang bisa mencapai maqom itu karena merupakan maqom tertinggi, atau Maqom “al-Mahmud” atau maqom yang paling dijunjung dalam kehadirat Ilahi, yang hanya diberikan kepada satu anak Adam.

Dan Allah berkata kepada Muhammad , “Mintalah dan Aku akan memberi sesuai permintaanmu. Maka kemudian Nabi saw akan meminta dan Allah akan berkata, mintalah lebih banyak lagi, kemudian Nabi minta lebih banyak lagi. “Aku memeberi”, kata Allah dan mintalah lebih banyak lagi dan lagi, hingga akhirnya Nabi saw malu dan berhenti meminta. Sekarang lihatlah apa yang akan aku berikan kepada hambaku ketika ia membuka lautan ampunan dan pahalaNya. Kemudian pahala atau balasan diberikan Allah oleh kepada hambaNya, sehingga Nabi saw akan malu melihat balasan itu, dan malu untukmeminta kedua kalinya, Ia melihat apa yang Allah berikan untuk umatnya dan kepada umat Muhammad. Sebanyak yang Nabi saw minta ternyata besarnya hanya setitik dari samudera yang tiada akhir pemberian Allah kepadannya.

Manusia akan selalu menderita sepanjang hidupnya. Tetapi sebanyak derita yang ia rasakan sepanjang hidup, maka ketika ia meninggalkan kehidupan dunia ini dan dikubur dialam barzah dan dihari kebangkitan, ia harus terus menaruh harapan tertinggi kepada Allah karena Dia akan berakata, “Sabakat rahmati ‘ala ghadabi” – “Kemurahan pengampunan Ku melebihi kemarahanKu. Sehingga betapa menderitanya anak Adam tetapi pada akhirnya mereka akan mencapai samudera ampunan Allah. Wa min Allah at Tawfiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar